Hindia Molek
Judul kedua karya ini adalah Hindia Molek.. Karya ini
bercerita mengenai sudut pandang penulis mengenai hubungan manusia dengan
lingkungannya di masa ini, khususnya bagi penulis sendiri.
Deskripsi Karya Instalasi Hindia Molek
Gambar 3.1 “Hindia Molek”,
Instalasi foto pada dinding (30 buah), 2012.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) Aditya Lingga
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) Aditya Lingga
Sebuah gambar lanskap pemandangan alam terpecah menjadi
bangunan-bangunan kecil tiga dimensi yang bersinar dan menempel pada permukaan
dinding selebar 9m x 2,5m. Bangunan tersebut merupakan sebuah bentuk abstrak
geometris sekaligus pecahan dari sebuah bidang besar. Pecahan tersebut dipajang
membentuk sebuah komposisi tidak beraturan dari sebuah lanskap bergambar
pemandangan pegunungan. Setiap pecahan memiliki setidaknya tiga sisi dengan
arah yang berbeda, membentuk bangunan tiga dimensi yang berbentuk geometris
tidak beraturan. Setiap pecahan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariatif,
dimulai dengan diameter 10cm sampai dengan 65cm.
Gambar 3.2 Tampak samping karya “Hindia Molek”,
Instalasi foto pada dinding (30 buah), 9 x 3 m, 2012.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) Aditya Lingga
Visual yang terdapat di permukaan
pecahan tersebut merupakan sebuah gambar lanskap yang menonjolkan kontur
pegunungan yang asri, dipenuhi oleh hamparan hutan rimba yang belum tersentuh
oleh tangan manusia. Gambar ini tersebar merata di seluruh permukaan pecahan,
menyebabkan gambar tersebut terfragmentasi di permukaan sisi-sisi yang tidak
beraturan.
Dalam karya Instalasi ini, penulis ingin memberi penekanan
terhadap cara melihat suatu pemandangan dari berbagai sisi. Sebuah gambar dua
dimensi yang utuh, terpecah dan diaplikasikan ke dalam bentuk tiga dimensi
dengan sisi-sisinya yang tidak beraturan, membuat gambar tersebut tidak lagi
sempurna. Gambar tersebut menjadi hancur, namun terdapat unsur kesengajaan
dalam penghancuran gambar utama ini.
Deskripsi Karya Hindia Molek dengan Aplikasi pada
Bingkai
Gambar 3.3 Bagian dari karya Hindia Molek dengan
aplikasi pada Bingkai,
Instalasi resin pada bingkai kaca (5 buah), 42 x 29 cm,
2012.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) Aditya Lingga
Karya ini merupakan perbesaran terhadap pecahan terkecil
yang terdapat dalam karya Instalasi. Pecahan terkecil tersebut mengalami
transformasi dan duplikasi menjadi komposisi yang terdiri dari pecahan yang
lebih kecil lagi. Setiap pecahan merupakan benda padat dan bening yang memiliki
gambar pada bagian dasarnya. Gambar tersebut dapat dilihat tembus melalui
pecahan-pecahan yang bening tersebut.
Gambar yang ditampilkan dalam karya ini pun merupakan
perbesaran dari gambar pemandangan yang terdapat dalam karya instalasi. Bila
dalam karya instalasi terdapat gambar lanskap pemandangan, maka dalam karya dua
dimensi ini gambar yang ditampilkan adalah still life dari objek-objek
yang terdapat dalam pemandangan hamparan hutan sebelumnya.
Terdapat juga perbedaan peletakkan gambar jika dibandingkan
dengan karya instalasi sebelumnya. Dalam karya ini, gambar yang dipajang tidak
diletakkan di permukaan sisi-sisi pecahan, melainkan di dasar dari pecahan yang
padat tersebut.
Interpretasi Karya Hindia Molek
Walaupun memiliki perbedaan medium dan penampilan, pada
dasarnya kedua karya memiliki kesamaan dalam bentuk visual, yakni menampilkan
bentuk geometris yang tidak merujuk kepada objek apapun.Namun meskipun begitu,
keduanya sama-sama memiliki gambar baik di dalam maupun di permukaan bentuk itu
sendiri. Gambar tersebut merupakan foto dari pemandangan alam, yang terpecah
dan diaplikasikan ke masing-masing bentuk geometris tersebut. Bentuk dirangkai
dan dikomposisikan menjadi satu kesatuan gambar yang tidak utuh.
Gagasan utama dari karya ini adalah menampilkan gambaran
akan kebutuhan manusia untuk lebih dekat dengan alam sebagai bentuk
kesempurnaan dengan segala problematikanya dalam masa kini.
Lanskap alam sendiri mengandung nilai kedamaian dan
keharmonisan. Segala unsur alam yang terdapat di dalamnya, mulai dari langit,
awan, gunung, hutan, pohon-pohonan dan sungainya, menggambarkan sebuah proses
dari aksi-reaksi yang saling berkesinambungan dengan alamiah. Proses ini terus
berjalan secara alami, sehingga tercipta keseimbangan alam.
Bidang tiga dimensi dari karya
itu sendiri sebenarnya tidak merujuk kepada objek apapun, ia murni merupakan
bentuk geometris non-representatif. Meskipun begitu, bentuk-bentuk ini muncul
dari imajinasi dan alam bawah sadar penulis sebagai respon dari apa yang ia
lihat, dalam hal ini pemandangan alam. Hal yang dilihat penulis dari
pemandangan tersebut tidak hanya sampai bentuk fisik yang dikandungnya, tapi
juga hubungannya dengan manusia pada masa ini.
Penulis melihat kurangnya hubungan yang berkesinambungan
antara manusia dan alam pada hari ini. Dengan kemudahan yang diberikan oleh
teknologi dalam era yang global ini, manusia lebih akrab dengan hal-hal yang
instan, efisien, dan sederhana. Manusia cenderung berada di dalam zona
nyamannya, sehingga pada akhirnya mereka lupa dan kehilangan makna akan proses
yang seharusnya terus berjalan dengan seimbang bersamaan dengan kehidupannya.
Manusia kembali dekat dengan alam, namun kehilangan makna
yang sesungguhnya. Terjadi kedangkalan dalam pola hidup manusia, dikarenakan
banyaknya hal yang harus dipelajari, membludaknya ilmu-ilmu sebagai sebab dari
kemajuan teknologi. Manusia memakai dan memanfaatkan alam, namun tidak
bekerjasama dengannya. Manusia pergi untuk menikmati pemandangan alam melalui
layar dijital, ataupun dengan mencari tempat wisata terdekat yang mengharuskan
mereka membayar dengan sejumlah uang. Sistem dan teknologi dirancang untuk
memudahkan hidup manusia, namun fungsi utamanya untuk membuat kehidupan manusia
menjadi lebih baik masih menjadi misteri sampai saat ini. Kesemuanya membuat
manusia memasuki sebuah “ruang ilusi” yang berisikan keseimbangan hidup
seakan-akan “ada” dan nyata di dalam hidup manusia.
Fotografi sebagai media yang dipakai untuk menampilkan
gambar pada karya sendiri merupakan suatu sistem berteknologi tinggi yang mampu
menampilkankembali pemandangan alam secara akurat, persis sama seperti aslinya.
Namun tetap media tersebut tidak dapat menghadirkan suasana yang ada dalam
citra tersebut sepenuhnya, sehingga hal ini pun turut menjadi salah satu faktor
berkurangnya makna pendekatan manusia terhadap alam sekitarnya.
Perpaduan antara bentuk organis
yang terlihat pada visual pemandangan alamdengan bentuk geometris yang
ditampilkan pada bentuk karya itu sendiri menggambarkan sebuah penyederhanaan
terhadap makna keindahan hubungan antara manusia dengan alam. Dewasa ini, kesulitan
yang ditemui oleh manusia bukanlah mengenai ketidakmampuan mereka mencapai
target-target tertentu secara fisik, namun rintangan yangsesungguhnya ialah
bagaimana cara memilah, mempelajari serta memperdalam segala informasi yang
ditemui dengan semaksimal mungkin di era ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar